Minggu, 08 Februari 2015

NIJI NO YUKI -Change- |03|

Tittle : NIJI NO YUKI -Change- |03|
Author : Takahara Kazamoto
Band/pairing :alice nine/ SagaxShou, ToraxShou
Genre/rating : romance, yaoi,just a lil BDSM, smut/ NC-17
Note : just repost from Facebook's note
NP : all Alice Nine songs. oh, how i really miss 'em






*********

Malam larut dimana semua orang melepas lelah untuk mengisi tenaga dihari esok. Begitupun sosok tampan yang terlihat sudah tertidur dibalut selimut yang menutupi semua bagian tubuh hingga hidung mancungnya. Ia harus mengisi energinya untuk hari esok. pekerjaan esok pasti sangat melelahkan, mengingat ia bekerja menjadi seorang musisi. walau masa lalunya begitu kelam tapi, bukan berarti ia harus terus terikat pada masa lalunya. Lagipula, fans-fansnya masih peduli padanya walau dulu ia pernah di cap sebagai ‘orang jahat’.


matanya sedikit terbuka, mengerjap beberapa kali untuk memulihkan kesadarannya. seseorang telah menekan bel apartementnya beberapa kali. sempat ia mendengus kesal, mengumpat karena kegiatan tidurnya terganggu oleh suara bel apartemennya. Dengan langkah malas ia hampiri pintu kayu berwarna coklat, Membukanya sambil mengucek matanya. Seketika itu juga matanya membulat kaget saat ia tahu siapa orang yang telah mengunjunginya semalam ini. Sosok itu menunduk sambil membawa koper dan sesosok bayi mungil yang ada didekapannya.


“Sh-Shou..?”. Katanya guna membenarkan kalau sosok yang sekarang berdiri menunduk didepannya itu adalah seseorang yang ia sayangi sampai saat ini.


“bo-bolehkah aku masuk, Tora-kun?”


###


Tora menyesap kaleng beer kedua yang ia minum semenjak Shou mendatanginya malam ini. Matanya tak lepas memandang Shou yang sedang tersenyum sambil mengelus kepala bayi 7 bulan itu yang terlelap di kasur hangat milik Tora. Senyuman bahagia yang terpancar jelas diwajah manis Shou membuat Tora tak sadar ikut tersenyum.


“gomen ne...aku jadi merepotkanmu..” kata Shou tak enak. Duduk di sofa ruang utama tepat disebelah Tora.


“daijoubu, Shou...”. Tora tersenyum, diam-diam memandang ukiran manis dari wajah Shou yang menunduk, mengambil satu kaleng beer utuh dari beberapa kaleng yang diambil Tora tadi. Ia masih seperti dulu. Tetap cantik, dan sekarang bertambah cantik. Mungkin benar kata orang-orang bahwa seseorang yang telah memiliki anak, aura kecantikannya akan lebih memancar dari sebelumnya.


“puaahh~ >//o//< ".  Kelegaan Shou membuyarkan lamunan Tora. Ia melotot heran memandang mantan kekasihnya itu. Seketika saja, wajah Shou yang putih berubah merona kemerah-merahan.


“sejak kapan kau minum, shou?”. Tanya Tora masih dengan dahi berkerut heran. Ia mengambil kaleng yang telah diteguk habis oleh Shou. Tora tahu, Shou tak pernah minum-minum seperti ini. Sepertinya ada yang salah dengan Shou.


“berikan padaku, Toraa~”. Rengek Shou, meraih kaleng beernya dari tangan Tora yang menjauh ke belakang.


“tidak! Kau tidak pernah minum, Shou! Kau akan mabuk hanya dengan beberapa tegukan!”. Tora masih bersikukuh menyingkirkan kaleng beer Shou. Shou tetap saja meraih kalengnya dari tangan Tora. Tapi nihil, Shou mendengus kesal. Menoleh menatap ke arah kaleng beer yang lainnya. Ia segera menyambar salah satunya lagi, lalu meneguknya habis.


“Sh-Shou Ja-“


“BIARKAN AKU!!”. Bentak Shou diiringi buliran air mata yang meluap dari mata bulatnya. Masih tetap meneguk beernya sambil terus menangis. Tak memperdulikan Tora yang menatapnya khawatir. Shou terlalu sakit untuk menghadapi kenyataan hidupnya sekarang. Baginya, hanya inilah salah satunya cara untuknya menghilangkan rasa sakitnya.


“Shou...”. panggil Tora, meraih sosok yang terlihat rapuh itu ke dalam pelukan hangatnya. Berusaha menenangkan Shou agar tidak larut dalam tangisnya. Benar-benar ada yang tidak beres dengan Shou sekarang.


“kami..aku-dan saga, memilih berpisah..hhkksss...dia..dia mengkhianatiku..hhkksss”. Shou menangis pilu dalam dekapan Tora.


Entah kenapa, pernyataan tadi membuat Tora begitu tertohok. Saga mengkhianatinya? Ada rasa tak terima yang Tora rasakan ketika mendengar keluhan Shou barusan. Apa yang Saga pikirkan hingga ia harus menyakiti Shou seperti ini?. Tora pikir, Saga akan menjaganya dengan baik sehingga Tora rela melepaskan Shou. Namun, sekarang apa yang dihadapi Shou tak seperti yang Tora kira. Shou..terluka!


“apa..tak bisa kau bicarakan lagi pada Saga? apa kau tak memikirkan Takahara dengan kabur seperti ini? Pengkhianatan apa yang ia lakukan padamu, Shou..”. Tora melepas pelukannya, memandang wajah sendu yang memerah itu dengan tatapan tajamnya.


“dia..hhkkksss...dia...berselingkuh dibelakangku dengan wanita lain..hhkkkkss aku pikir Takahara akan baik baik saja jika ku bawa pergi bersamaku..”. Tangis Shou kembali memecah, ia tegak lagi beer yang ada di genggamannya. Membuat wajahnya semakin memerah karena menangis dan efek beer yang sepertinya sudah membuatnya mabuk.


“kau tahu?! Aku sangat sakit ketika tahu dia berselingkuh, Tora! Ku pikir..kupikir..dengan adanya Takahara dikehidupan kami, Saga bisa memposisikan dirinya sebagai ayah yang baik! Tapi, kenyataannya tidak, Tora..TIDAK!!”. Shou bangkit, terhuyung hampir jatuh. Untung saja, dengan sigap Tora menangkap pria cantik yang sedang mabuk dan frustasi ini. Shou benar-benar terlihat kacau. Tora menoleh ke arah kamarnya. Memandang sosok mungil yang masih tertidur lelap. Ia takut, bayi kecil itu akan bangun dan menangis karena ulah ibunya sendiri.


“Shou-“


“aku..aku ingin kembali padamu, Toraa hkkss...”. Kata Shou memotong perkataan Tora sambil menyeka air matanya. Memeluk pria tampan itu erat. Tora hanya bisa terdiam kaku saat perkataan Shou mengalir ke daun telinganya.


Shou melepas pelukannya, memandang wajah tampan pria didepannya dengan tatapan lembutnya. Meraba setiap lekukan wajah Tora dengan indera perabanya. Mata, hidung, pipi, dan mulut manis pria berambut hitam itu. Shou terhenti saat jemari lentiknya menyentuh bibir Tora. Wajahnya mendekat, memutuskan jarak diantara mereka, menciumnya lembut. Tora tetap diam. Ia tahu ini salah, tapi, perlakuan Shou padanya tak mempungkiri bahwa Tora sangat merindukan sentuhan Shou. Tora hanyut dalam ciuman hangat Shou. Dituntunnya Shou hingga ia menghimpit Shou diantara dinding. Menciumnya liar, haus akan ciuman yang Shou lakukan padanya. Tora merasakan jemari Shou yang menari diantara rahangnya, menuntun Tora untuk memberi ciuman lebih intim dari ini.


“ngghhh..” desahan keluar dari mulut manis Shou saat Tora mengklaim isi dalam mulutnya dengan permainan lidah Tora, Shou melingkarkan kedua tangannya erat dileher Tora agar Tora bisa lebih mengeksplorasi isi mulutnya.


Saling bertukar saliva hingga saliva mereka berdua membasahi rahang mereka masing masing. Tora memindah ciumannya pada leher jenjang Shou, menyesapnya merasakan setiap inci kulit putih Shou yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.


“a-aahh..toraa...”. Shou mendesah begitu keras, mencengkram rambut hitam Tora. Merasakan lidah dan sesapan dari Tora. Shou buka sendiri kancing kemejanya hingga bagian dada dan perutnya terlihat. Meraba raba tubuhnya sendiri dengan jemari-jemari kurusnya, menikmati setiap perlakuan Tora. Memainkan puting merah mudanya yang mengeras dengan jarinya sendiri. Ia rasakan tangan Tora ikut merayap di dadanya. Kemudian mengambil alih dengan menggigit, menyesap, dan menjilat puting Shou. Sesekali Tora bermain dengan memilin dan menekan tonjolan kecil itu dengan lidah dan jari tangannya sendiri.


“mmhhh...hhmmmm”. Tora terdengar begitu menikmati saat ‘melahap’ dada Shou.


“Toraa..se-sentuh lebihhh lagiiihh..aahhh” Shou menekan Tora lebih, hingga perutnya bisa merasakan milik Tora yang sudah mengeras. Baik Shou maupun Tora mereka sama-sama merasakan panas di dalam tubuh mereka. Panas yang menggelora entah karena efek beer yang mereka minum atau karena apa yang mereka lakukan sekarang.


“ukh!”. Pekik Tora saat ia merasakan tangan Shou meremas miliknya yang mengeras. Membuatnya tambah mencondongkan dirinya ke arah Shou. Tangan putih mulus itu membuka kancing dan resleting celana Tora, menarik milik Tora hingga menjulur keluar. Shou merosot, berjongkok tepat di depan milik Tora. Mengurutnya semakin lama semakin cepat.


“Shou!ja-aiissshhh..aaaaahhh”. Tora menunduk, menahan dirinya pada dinding tempat tadi Shou terhimpit olehnya. Mata tora terpejam, sesekali membuka matanya melihat ekspresi Shou yang sedang mengulum batangnya. Menikmati lidah Shou yang bermain dengan batangnya yang mengeras, dengan sesekali meggigit dan memainkan lidahnya pada puncak kepala sang junior. Shou melepas kulumannya, mengganti permainan dengan tangan lembutnya. Ia berdiri, memandang Tora lalu menciumnya. Tangannya masih sibuk mengurut milik Tora.


“lepaskan celanaku, dan lakukan apa yang harus kau lakukan, Toraa..”. bisik Shou menggoda. Tora tersenyum. Sifat nakal Shou memang tak pernah hilang dari dulu. Shou kembali mengalungkan tangannya keleher Tora saat Tora melakukan apa yang Shou perintahkan. Sesungging senyum terpancar di wajah Tora saat melihat milik Shou yang menegang.


“milikmu masih lucu dan menggemaskan, Shou”. Kata Tora sambil mengangkat tubuh Shou. Semburat merah terlihat dikedua tulang pipi Shou. Ia tersenyum, melingkarkan kedua kakinya dipinggang Tora, bersiap dengan apa yang akan Tora lakukan padanya.


“ukh!  Ah..ahhhngg..aahh..! ah!AAHH...”. Desahan Shou mengeras ketika Tora memasukan miliknya yang besar kedalam lubang kenikmatan Shou. Shou mempererat pelukannya, walau dalam keadaan berdiri seperti ini, Tora tidak merasa kesulitan untuk mempercepat gerakan menaik-turunkan Shou memasuki area pribadi Shou. Menghubungkan kembali tubuh mereka yang tak pernah saling menyentuh satu sama lain.


“hhh..ja-jangan terlaluhh kerass Shouuhh..anakmuu akan mendengarnyaahh.uhh..hhuuhh”. Bisik Tora diantara sengal nafasnya yang memberat. Ia menyesap lagi puting merah muda Shou yang berubah memerah karena perlakuannya tadi secara bergantian.


“hhnnooppee..Toraahh..ah..ah..! do-dont cum inside meeehh!..ahhh” Shou mendongak menikmati permainan inti, peluh sudah membasahi tubuhnya yang telanjang bulat. Begitu pula Tora. Saat dirasanya batang miliknya berdenyut, segera saja ia melepas miliknya keluar dari tubuh Shou. Cairan anyir menyembur keluar membasahi dada dan perut Shou sesaat sesudah Shou turun dan terduduk lemas di bawah Tora. Shou mengambil cairan putih kental itu dengan jemarinya, lalu menjilatnya seperti menjilat lelehan eskrim ditangannya. Shou merangkak, menindih Tora yang terjatuh terlentang didepannya. Mencium kembali bibir tipis nan menggoda milik Tora.


“jangan tinggalkan aku lagi, Tora..” kata Shou manja di pelukan Tora, meletakkan kepalanya di dada bidang sang pria tampan. Tora tersenyum, mencium puncak kepala Shou. Ia berjanji, tak akan melakukan lagi kesalahan yang fatal untuk ke dua kalinya.


“tidak, Shou..aku akan selalu bersamamu dan Takahara..”



~OWARI~

Selasa, 30 September 2014

He Got My Virginity |Oneshoot|

tittle                  : He Got My Virginity
Author              : Takahara Kazamoto
band/pairing(s) : Alice nine/SagaXShou, ToraXShou
genre/rating      : Yaoi, angst, smut scene, rape status/NC-17
warning           : for 17+. Siapkan tissu sebelum ruangan anda penuh darah Shou dan nosebleed anda sendiri! *bagi yang g kuat ama smut rendahan punya gw*
disclaimer        : They're mine! i mean the story
Note              : ide ini terlintas begitu saja.. jangan bilang gw adalah author mesum dengan semua fanfic karya gw. just repost
BGM               : alice nine's songs with Shou's moan voice XDD




******




"mmpphhhff!!!"

aku terus memberontak, berusaha semaksimal mungkin agar aku bisa lepas dari laki-laki asing berambut hitam ini. Tapi, semakin kuat aku memberontak, semakin kuat juga bekapan tangannya yang membekap mulutku. Satu tangannya mengunci tanganku di belakang. Dan kakinya erat memborgol kedua kakiku. Aku yang berada di pangkuannya hanya bisa menggeliat-geliat berontak.

"tenang, cantik..kau akan suka ini..hehehe".

Dia menyeringai, menjilat daun telingaku. Bau alkohol menyeruak langsung dari mulutnya. Membuatku jijik. Segera saja ia melepasku, mengambil sapu tanganyalalu membungkam mulutku. Setelahnya ia kembali mengunci tubuhku kuat-kuat.

"MMMPPPPFFTTT!!!!HHHMMMFFFTTT!!!!"

aku menggelinjang ketika tangannya masuk kedalam kaosku dan dengan kasarnyaia meremas dadaku bergantian. Meremas begitu kuat, memilin merah mudaku keras dengan kedua jarinya sambil mencium dan menyesap leherku. Aku menangis saat ku rasa merah mudaku sakit dan perih. Sepertinya kuku tajamnya menusuk dalam.

"hhkksss...hkkss...MMMPPPFTTTTHHH!!!!!"

aku menggeleng berkali kali, meronta dari pangkuannya. kali ini tangan yang sadari tadi asyik dengan dadaku beralih ke dalam celana jeansku. Kurasakan milikku diremas keras olehnya.

Sakit! sungguh sakit, kukunya dengan lancar menoreh luka di kedua bolaku. lagi-lagi aku memberontak kesakitan hingga kepalaku membentur dagunya.

"Sial! Ittai, Baka!". karena sundulanku, ia membarinkanku ku dan menamparku dengan kasar.

Kami-sama..dosa apa aku hingga aku memperoleh kenistaan seperti ini..?

apakah aku sudah pernah menyakiti orang lain begitu parahnya hingga aku memperoleh semua ini..??

Aku memperlihatkan pandangan memelas pada orang yang sedang berusaha menikmati tubuhku. Dalam keadaan remang-remang seperti ini dan dalam posisi dibawahnya, aku bisa melihat siluet wajah darinya. Hidung mancung dengan garis wajah yang menarik. tak bisa ku pungkiri, ia tampan. Tapi, kelakuannya begitu menyimpang!. kurasakan helaian sapu tangan terangkat dari mulutku-ia membukanya.

"Kau! benar-benar keparat!!!lepaskan aku, brengsek! apa maumu?!!".Aku berteriak sejadinya, menyemprot semua caci maki tepat di depan mukanya. Oh, Shit! dia tak menggubris perkataanku. Dia hanya tersenyum licik sambil mengikat kedua tanganku diatas dengan sapu tangan yang ia pakai untuk membekap mulutku tadi.

"LEPASKAN AK-MMPPHH!!!!".

Dia berhasil membungkam mulutku dengan bibirnya sebelum aku menyelesaikan perkataanku. ia menggigit kasar bibir bagian bawahku, memaksa aku hingga membuka mulutku. Memberikan akses pada lidahnya untuk mengeksplorasi bagian dalam mulutku.


"ngghhh..hhhh...hhmmmm". brengsek! dia mendesah keenakan menikmati bibirku!. ku pukul-pukul punggungnya dengan kedua tanganku yang terikat- ia tak bergeming sedikitpun. Kurasakan satu tangannya merayap masuk kembali ke dalam celanaku. membelai milikku secara halus. Aku tahu, ini mulai salah. Ku gigit lidahnya keras-keras, membuatnya berteriak kesakitan. lagi-lagi aku mendapatkan tampara telak darinya. Ia menamparku, menendang, dan memukuliku terus-terusan sambil mengataiku Jalang.

"murahan! kau harus menerima ini!!". Ia menyingkap kaosku,mengigit dada dan putingku secara paksa.

"AAAAAKKHHH!!!!". aku menjerit kesakitan. Rasanya aku sudah tak memiliki dada dan tonjolannya-seperti terlepas. Biarpun aku menjerit atau meminta tolongpun percuma, di tempat sesepi dan semalam ini tak ada yang akan menolongku.
Ia menarik paksa celanaku, hingga bagian bawah tubuhku terekspose. lagi-lagi senyum seringainya terkembang saat melihat milikku berdiri sempurna.


"CHOTTO!APA YANG AKAN KAU-aaahhhh...he-hentikaannn..hhh". sungguh, aku terbuai langsung saat ia mengulum milikku. memainkan lidahnya menjilati milikku. membasahi 'kepala'ku dengan salivanya. aku berusaha mendorong kepalanya menjauh, tapi sia-sia saja. lagipula aku sudah lemas karena energiku habis terkuras untuk meronta dan berteriak.
Ia masih sibuk dengan milikku, menyesap dan menaikan kepalanya naik-turun saat mengulum milikku seperti sedang memakan permen lolipop.

"mmmhhhh...mmmm...ssslllrrpp"

"nggghhh...he-hentikannnhh...a-aaahhh"

"never, sweety..khekhekhe". katanya santai, mengurut milikku naik-turun. aku mendesah tak karuan, entah setan mana yang pada akhirnya menyuruhku untuk menuruti apa yang pria ini lakukan. Mendiamkannya melakukan apapun yang ia suka pada tubuhku dan aku menikmatinya. Ya, aku menikmati apa yang ia lakukan saat ini padaku, sampai-sampai aku meraba-raba diriku sendiri dengan tanganku yang terikat. Merasakan sensasi yang ia berikan padaku. Rasa sakit dengan nikmat yang luar biasa.

"akh! le-lepaskan..aku akan AAAHHHHH!!!". Aku tak bisa lagi menahannya saat aku datang keluar. Menjijikan! dia meminumnya tanpa rasa jijik sekalipun!. Aku tak mengenalnya dan dia meminum cairanku seolah-olah sedang meminum jus pelepas dahaga.

"hhh..cukup..AAAARRRHHHH!!!!". Aku mengejang, sesuatu yang besar dan keras masuk secara paksa ke dalam lubangku. Sakit! aku menangis sejadinya memohon agar dia tak menyakitiku seperti ini. Tapi, tetap saja ia mengacuhkanku, tetap menggerakkan pinggulnya-memasukan miliknya maju-mundur dengan ritme yang cepat.

"ukkss..ah..aah...ahh..aaahhh..akkss...hhkkksss".

"hhh...hh..sebutkan Takashi, Shou..hhh..i-ituhh..namakuuhh..". Katanya yang mengaku bernama Takashi. Aku terhenyak, dari mana ia tahu namaku..? Aku tak pernah mendengar nama Takashi sebelumnya.

"to-tolonghh..Takashi-saannnhh...berhentilaahhh...aakkhhh". Aku meronta, mendorongnya berusaha mengeluarkan miliknya dengan tenagaku yang tinggal sedikit ini.

"panggilanmu, membuatku bersemangat, sayanghh..."

"aaahhh...aakkkhh...uukkksss..aaahhh!". Aku mengerang seiring hentakannya yang bertambah kasar dan cepat. Takashi membalikkan tubuhku, memaksa memposisikan aku menungging. Menekan kepalaku dengan kasar. mengurut miliknya, bersiap memasukan kembali kedalam tubuhku.

"permainan ini, dan namaku akan melekat erat diotakmu, Shou...kau, milikku.."

"ti-tidak!! jang- AAAARRGGHHHH!!!!"




Normal POV

Shou membelalak, tubuhnya langsung menegak. Shou yang tertidur disofa ruang tengah Apartementnya terbangun mendadak. Nafasnya tersengal tak beraturan, keringatnya mengucur membasahi tubuhnya. Matanya menatap lurus kedepan. Mengingat mimpi buruk yang benar benar dialaminya. Saat seorang laki-laki bernama Takashi menyetubuhinya secara paksa.

mimpi itu, biar sudah berlalu tetap datang menghantui pria manis ini. Laki-laki itu benar-benar membuktikan perkataannya bahwa Shou akan terus mengingat sikap kejinya.

"Shou...sayang, nande..?? kau bermimpi buruk..?". sebuah suara yang hangat menyerbu alat pendengaran Shou. Ia menoleh, mendapati sosok tampan disamping kanannya sedang memandangnya khawatir.

"Tora-kun...". Shou menyerbu pria berambut hitam itu dengan pelukan erat. Betapa ia butuh dekapan hangat dan nyaman dari kekasihnya ini. Shou tumpahkan tangis ketakutannya di bahu Tora- Pria yang sangat menerima Shou apa adanya walau musibah yang menimpanya menjadikan Shou seperti pria kotor.

"mimpi itu lagi..?". Tanya Tora disambut anggukan Shou.

"daijoubu Shou...sekarang ada aku. Jangan khawatir..". lanjut Tora mencium kening Shou lembut sambil mengelus perut Shou yang mulai membesar. Tapi, sentuhan lembut itu di tampik kasar oleh Shou.

"seharusnya kau membiarkan aku menggugurkannya, Tora! bayi ini tak seharusnya ada!!" Shou histeris, memukul-mukulkan perutnya yang sudah berumur 4 bulan itu . Shou benar-benar tak ingin bayi  dari laki-laki brengsek yang ada diperutnya tumbuh. Ini karena Tora yang tak ingin Shou menggugurkannya. Ia tak ingin Shou membunuh bayi tak berdosa yang sedang berjuang untuk melihat dunia di dalam perut kekasihnya.

"sudah ku bilang, jangan sakiti bayi ini, Shou..biar bagaimanapun, aku sudah menerimanya seperti anakku sendiri..." Tora berusaha menahan pukulan Shou pada perutnya sendiri.

Shou terisak pilu. kenapa Tora begitu baik...??
tak ada laki-laki sebaik ini di dunia yang mau menerima bayi tak jelas yang ada di perutnya saat ini...


"kenapa...? kenapa kau begitu baik...?". Tanya Shou.

"karena aku benar-benar mencintaimu, Shou...". Bisik Tora mencium bibir Shou hangat, membuat tangisan Shou mereda.



~OWARI~

Affair |3|

tittle : Affair

Part :3/?

author :takahara Kazamoto

band/pairing :alice nine/Toraxshou, Toraxsaga

genre/rating : romance, smut scene/ NC-17

note :repost

np : acid black cherry's songs



Summary : "HOOOOOOEEEEKKKK!!!!" O.o




*****




Part 3

Apartement itu terlihat sepi, seperti tidak ada penghuninya sama sekali. Walau jam masih menunjukan pukul 8.00 malam. Nampak Tora sedang bermalas-malasan di sofa ruang utamanya. Memencet-mencet tombol remote TV secara asal-asalan. Sesekali ia menoleh ke belakang-ke arah kamar Shou yang tertutup. Tora menghela nafasnya, ia tahu Shou marah padanya. Shou kesal padanya karena sikapnya pada kekasihnya-Saga tempo hari. Sudah hampir 1 minggu Tora tak dianggap Shou sama sekali. Dari pagi-pulang kerja-sampai malam menjelang, ia tak bertatap muka dengan Shou. Dan ini cukup membuat Tora tersiksa. Tora bangkit, menyeret kakinya menuju kamar Shou. Berharap adiknya mau menyapanya.

“hey, Shou..mau sampai kapan kau seperti ini terus..?”. kata Tora sambil mengetuk pintu kayu didepannya. Sunyi-tak ada jawaban dari Shou. Mengetuknya lagi lalu memutar knop pintu,-pintu itu terkunci.

“Shou..buka pintunya, kita perlu bicara. Dan saat ini aku serius!”. Hardik Tora, tapi tetap saja tak ada jawaban dari Shou.

“aku benar benar akan marah jika kau tidak membuka pintu ini. Akan ku hitung sampai tiga!”. Tora mengancam berusaha memancing Shou agar Shou mau membukakan pintu untuknya.

“saa..tuu..”

“.....”

“du..aa..”

“tii-..”

Perlahan pintu kamar Shou sedikit terbuka, Menampakan wajah Shou. Tora tersenyum puas, setidaknya cara memancing Shou seperti ini sangat berguna. Dengan sedikit ancaman, pasti Shou menurut.

Tora mengikuti Shou duduk di sisi tempat tidur Shou. Ia diam mengamati sang adik yang tertunduk, tak mau menatapnya. Dibelainya rambut Shou dengan sayang, menelusuri helai perhelan dengan jemari putihnya. Shou menggeliat, menepis tangan Tora yang sedang asyik membelainya. 1 minggu tak memandangnya membuat Tora berasumsi bahwa Shou terlihat semakin sintal dan manis.

“kau benar-benar betah membuatku tersiksa seperti ini, huh?!”. Kata Tora terus memandang sang adik yang mengacuhkannya. Diam-Shou diam tak acuh, membuat Tora sedikit emosi. Di Dorongnya Shou kebelakang-menaikinya yang terbaring dibawahnya. Mata tajam Tora menatap lekat mata bulat Shou yang terlihat seperti menantangnya.

“jangan kekanak-kanakan seperti ini! Saga kekasihku. Aku berhak memberikan perlakuan apapun padanya, Shou..”.

Wajah Shou memerah, ia marah mendengar kata kata kakaknya barusan. Segampang itukah kau berkata, Tora..?!. didorongnya Tora hingga terduduk di sampingnya. Shou bangkit masih memandang tajam pada Tora dengan nafas tersengal dan air mata yang siap tumpah lagi.

“kenapa kau jahat sekali, Niichan! lalu aku ini siapamu..? masih kau anggap adikmu walau kita sudah melalukan hal sampai sejauh ini..??”. tanya Shou meluap-luap. Airmatanya kembali terjatuh bebas dibukit pipinya yang halus. Ia terisak dihadapan Tora.

“a-aku tidak segampang itu, Tora nii....hhkksss..”. lanjut Shou. Tora hanya diam sambil merengkuh Shou dalam pelukannya. Mulanya, Shou memberontak hingga pada akhirnya Tora tetap bersikukuh meraih Shou dalam dekapannya. Mencium puncak kepala Shou lembut sambil berbisik ‘maaf’ ditelinga Shou.

Kenapa hanya sikap seperti ini saja bisa membuat Shou luluh seketika..?

Begitu manjurkan kata-kata yang terucap dan sikap Tora yang begitu menyihirnya hingga Shou mampu memberikan maaf kepada Tora..?

“maaf...” bisik Tora semesra mungkin sambil mencium daun telinga Shou yang masih terisak. Merayapkan bibirnya mencium pipi Shou hingga bibir Shou yang manis. Merasakan kembali pagutan yang tak ia rasakan selama 1 minggu ini. Tora merindukannya.

Pagutan dalam yang Tora berikan membuat isakan Shou mereda, mulai mengikuti perlakuan Tora padanya. Saling mencurahkan perasaan rindu yang terpendam selama 1 minggu ini. Tangan-tangan Tora mulai beraksi menggerayangi isi kaos yang Shou kenakan.berlanjut menggerayangi isi celana Shou, mengelusnya pelan sambil sesekali menekannya. Hingga tiba-tiba Shou mendorong Tora jauh-jauh darinya. Shou membungkam mulutnya sendiri dengan tangan putih halusnya, membuat Tora mengrenyit kebingungan.

“humph!”. Shou terlihat seperti orang sakit, segera saja ia berlari keluar kamar menuju kamar mandi. Meninggalkan Tora yang hanya memandang Shou dengan ekor mata tajamnya. Kenapa? Ada apa dengannya? Batin Tora.

“HOOOOEEEEKKKKKK!!!!”.

Tora terkesiap, segera saja berlari menghampiri asal suara-tentunya yang berasal dari Shou. Tora kaget ketika mendapati adik manisnya sedang mengeluarkan isi perutnya di wastafel kamar mandi. Berulang kali Shou memuntahkan cairan putih dari dalam perutnya. Wajahnya pucat dan dipenuhi keringat dingin. Tubuhnya seketika gemetaran. Tora segera saja menopang adiknya sebelum Shou terjatuh menghantam lantai dingin kamar mandi.

“nande..?kau kenapa Shou..?”. Tanya Tora khawatir. Shou hanya menggeleng dan kembali memuntahkan isi lambungnya.  Ditepuk-tepuk punggung Shou agar Shou berhenti mengeluarkan cairan dalam lambungnya.

“kita pergi ke dokter-“

“TIDAK!!” cegah Shou tiba-tiba pada Tora. Setelah merasa lebih baik, ia cuci isi mulutnya dan sisi bibirnya. Wajahnya masih pucat, tak berani memandang Tora.

“kenapa..?? kalau kau sakit bagaimana..?”

“Ti-tidak, aku..ini hanya sakit biasa-“

“sakit biasa apanya!!jangan sok tahu seperti itu! Aku benar-benar khawatir, Shou!”. Bentak Tora sukses membuat Shou terdiam. Cengkraman Tora dipundak Shou begitu kuat, membuat Shou sedikit meringis.

“Kita ke dokter Shou...” Rajuk Tora kemudian, menuntun Shou keluar dari kamar mandi. Shou terlihat ragu, ia hanya menunduk sambil menggigit bibir bawahnya.

 Shou ragu, haruskah ia menurut..?
Kalau iya, jika Tora tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya..apa Tora akan menghindar lalu membencinya..?

“nii-chan, itu tak perlu.. CHOTTO!!.” Teriak Shou, memberontak saat Tora dengan sigapnya mengangkat tubuh Shou, membawanya keluar apartement.

“kita mau kemana, nii-chan..?!!” Tanya Shou takut.

“tentunya ke tempat Reita..”. jawab Tora santai

“TIDAAK!!TURUNKAN AKU!!!AKU TIDAK MAU KESANAAA!!!!”. Shou tetap berteriak meminta Tora menurunkannya, menolak mengunjungi Reita-teman Tora yang bekerja sebagai seorang Dokter. Tora tak peduli dengan teriakan dan pukulan Shou yang menginginkan Tora berhenti menggendongnya. Tora tidak tahu, betapa takutnya Shou jika Tora tahu keadaan Shou yang sebenarnya.

Tanpa menunggu lama, kakak-adik itu sampai di depan mobil hitam mewah milik Tora. Dibukannya pintu penumpang, meletakan Shou duduk disebelah kemudi. Shou tetap bersikukuh untuk tak pergi ke dokter, tapi..hanya dengan satu tatapan tajam Tora yang menusuk, mau tak mau Shou menurut.




~Shou’s POV~

Sepanjang perjalanan menuju tempat kerja Reita-san, aku hanya bisa diam menunduk. Hanya ada suara hisapan ingusku berkali-kali karena aku menangis. Kau pasti berpikir aku laki-laki cengeng, bukan..? sadarlah, bahwa aku benar-benar ketakutan saat ini! Takut Tora akan meninggalkanku setelah ia tahu semuanya. Membuangku, atau lebih tepatnya menitipkanku pada paman Hyde dan tak akan pernah mengunjungiku. Dada ini rasanya berdebar tidak karuan. Ini lebih menakutkan dari pada menonton film horor sendirian.

“sudah sampai..”. kata Tora, membuatku terkejut.

Ku dongakkan kepalaku, memandang ke depan tepat ke sebuah bangunan rumah sakit milik keluarga Suzuki. Aku menyeka air mata dan hidungku. Menelan ludah, berpikir macam-macam tentang bagaimana nasibku selanjutnya.

“ayo, tunggu apa lagi?!”. Tora yang sudah lebih dulu keluar-menyuruhku turun dengan tatapan dinginnya. Aku tahu, itu hanya pura-pura supaya aku takut padanya. Tapi, pada akhirnya aku menurut. Aku tak mau lagi 1 minggu yang lalu terulang kembali. Walau ku tahu sepertinya akan bertambah runyam masalahnya.

Ku ikuti kemana Tora pergi. Aku hanya bisa membututinya yang menggandeng erat tanganku. Aku hanya bisa memandang punggung tegapnya. Berdoa semoga saja mimpi buruk tidak menghampiriku.

“Yo, Reita!”. Sapa Tora sambil berhenti mendadak saat kami melintasi lorong panjang rumah sakit, membuat wajahku membentur punggung Tora. Ku lihat sosok berbaju serba putih memiringkan kepalanya heran. Senyum manis terpancar di wajah dinginnya. Reita-sosok berbaju putih itu menghampiri kami. Memeluk Tora akrab, lalu menyalamiku.

“ada keperluan apa datang ke sini..?”. tanya Reita ramah.

“aku ingin memeriksakan adikku tercinta ini”. Seru Tora sambil merangkulku mesra. Bagus! Mulai sekarang hidupku diambang kehancuran. Reita memandangku yang sudah memucat ketakutan, senyum tiba-tiba mengembang kembali di wajahnya.

“kalau begitu..ikut aku”.




~Tora’s POV~

Ruangan yang serba putih, steril, dan tentunya berbau obat yang begitu menyengat. Aku tak suka keadaan ruang dokter. Tapi, mau bagaimana lagi, demi memeriksakan keadaan Shou..aku harus menahan rasa tak sukaku.

Ku lihat wajah Shou begitu pucat. ya, aku tahu dia begitu tak suka dengan dokter dan obat-obat. Kugenggam tangannya yang dingin agar ia bisa merasa sedikit rileks. ia memandangku, aku trenyuh melihat kedua bola mata indahnya. Aku tersenyum padanya, seolah-olah semua baik-baik saja.

"jadi, ayo kita mulai..apa keluhanmu, shou-chan ?". Tanya Reita ramah.

Aku memandang Shou yang tertunduk diam. ada apa..? kenapa tak mengatakannya..?

"Shou...katakan, apa keluhanmu. Tenang saja, Reita tak akan menyuntikmu. Cukup aku saja yang menyuntikmu. hahahaha..hem!". Aku tertawa lalu diam saat Reita memandangku dengan tatapan aneh. Lelucon yang begitu garing berusaha mencairkan ketegangan pada diri Shou.

"nngg..aku merasa pusing lalu mual. dan..aku merasa perutku begitu penuh.nggg...terkadang lemas juga.." Shou menggigit bibir bawahnya sambil sesekali melirikku. sepertinya ia masih takut denganku. Aku hanya bisa terus menggenggam tangannya erat.

"hmmm...baiklah, ayo  ikut aku. Berbaring disana, aku akan memeriksamu..". lanjut Reita bangkit dari duduknya, menuju sebuah tempat tidur. Shou terlihat ragu, sebelum beranjak ia sempat memandangku.

"daijoubu..Reita tak akan mengigitmu..". Kataku mengusap pipinya sayang. Shou mengangguk, menuruti apa kata Reita.

Cukup lama aku menunggu. Aku tak tahu apa yang Reita lakukan pada Shou karena tirai putih yang menutup mereka membuatku hanya bisa melihat siluet Reita dibalik tirai itu. aku menghela sambil mengetuk meja kayu didepanku. Menghilangkan rasa khawatir dengan apa yang akan Reita katakan nanti tentang sakit yang shou derita. Aku berharap Shou hanya sakit ringan biasa.

"ehem!". Deham Reita membuatku menoleh ke arahnya. dengan santai, ku lihat Reita kembali duduk dikursinya, sambil menulis sesuatu. Dan..Shou, kenapa dia tambah pucat..??

"err...bagaimana, rei? adikku baik-baik saja..??". Tanyaku pada Reita. Sekilas Reita memandang Shou lalu balik memandangku. Ada apa ini..? kenapa sepertinya begitu sulit mengatakan apa sakit Shou..?!

"Shou, mau aku yang mengatakan atau kau saja..?". Reita tersenyum.

"Re-Reita-san saja...". Shou menunduk memalingkan wajahnya dariku.

"well..sebenarnya Shou-chan baik-baik saja. Apa yang dialaminya bukanlah suatu penyakit. Itu tanda. Dulu Ruki juga seperti itu..". Reita tertawa saat melihat raut wajah Tora yang kebingungan.

"maksudmu..? aku tak mengerti.."

"Tora...Shou hamil! kau akan punya keponakan^^b". Reita mencondongkan badannya menepuk pundakku.

Aku terkejut-lebih tepatnya kaget setengah mati. Shou Hamil?! bagaimana bisa..?! dia itu laki-laki!laki-laki tentunya tidak memiliki rahim, mana mungkin ia bisa hamil?!

"ba-bagaimana bisa..?!". Aku menopang dahiku, mengurutnya seperti orang depresi.

"kau tak ingat Takaki kecilku..? dia lahir dari Ruki-Ibunya. dan Rukipun bergender sama denganku, bukan?! kalau memang Kami-sama menghendaki, kenapa tidak..? Jaman sekarang apa yang tidak mungkin, macan.." Cerocos Reita padaku. Aku memandang Shou yang tertunduk takut. Ia sudah tahu dari awal kalau dia hamil. Kenapa tak memberitahuku..?

"akan ku berikan beberapa resep dan vitamin untukmu, Shou. Kau harus menjaga kandunganmu yang baru 3 minggu ini. Jangan lupa jaga kesehatanmu..". Reita menyodorkan secarik kertas. Ku ambil kertas itu, pamit pada Reita lalu menggandeng Shou pergi dari ruangannya.




****

di dalam mobil yang masih diam terparkir, aku berkutat dengan pikiranku sendiri. memikirkan keadaan Shou yang hamil.

"Tora...Shou hamil! kau akan punya keponakan^^b".

kata kata Reita terngiang di otakku.

Bukan! Shou bukan mengandung keponakanku.

Shou...mengandung anakku sendiri...

Dia tidak pernah tidur dengan laki-laki manapun kecuali denganku. Ya, malam itu, malam dimana aku menyetubuhinya adalah malam pertama bagi Shou berhubungan.
kurasakan tangan lembut Shou mengusap lenganku. Ia bergelayut manja tambah mempererat genggaman tangannya yang menyatu denganku.

"gomen...". Katanya lirih.

"untuk apa..? daijoubu Shou..".Aku tersenyum getir, mengecup bibirnya sekilas.

Apa yang harus aku lakukan..??
Untuk saat ini aku benar-benar bingung.



~T.B.C~

Sabtu, 16 Agustus 2014

Beautiful Moans |Oneshot|

tittle : beautifull moans |Oneshot|
Author : Takahara Kazamoto
band/pairing(s) : alice nine/ SagaxShou, ToraxShou
genre/rating : yaoi, romance, smut scene, MPREG/ NC-15
disclaimer : shou tetap milik seme2 gantengnya #tunjuk Tora-Saga
note : sebelum puasa, gw mau bikin dosa dulu #anjrit!
summary : ‎"kau mengira aku yang melakukan ini pada Shou, huh?!". kata Tora saat aku berhasil meraih kerah kaosnya. siap mendaratkan sebuah pukulan pada wajah tampan itu. tiba-tiba saja, Shou menarik tanganku dari Tora. melerai agar tidak terjadi perkelahian diantara kami.



_-_-_-_-_-_-_



=Saga's POV=


"aaaahhhnggg....". desahan indah yang baru pernah ku dengar, mengalun menggantikan suara malam yang menyeramkan. menjadikan malam ini sebagai malam terindah untukku.

"sshaagaaahhha..aaaahhh..". panggilannya membuatku bergairah, suara paraunya saat memanggilku seolah mengalir ke dalam aliran darahku, membuat otakku bekerja lebih 'kotor' lagi untuk menyetubuhinya.sebuah erangan erotis yang sangat kusuka dari dirinya. desahan cantik yang membuatku terhipnotis ingin menidurinya lebih lama.

Ya, Shou mendekap tubuhku lebih erat kearahnya. membuatku bisa merasakan tonjolan kecil di dadanya yang mengeras menyentuh dadaku. siluet tubuh kami yang menyatu disorot sinar bulan dari arah jendela kamarku membuat permainan cinta kami terasa begitu menggairahkan. desahan nafas beratnya yang menerpa kulit leherku membuatku ingin lebih lama melakukan hal ini. memberi tanda bahwa dia milikku seutuhnya. membuatku terus gencar memberikan cumbuan cumbuan untuk meningkatkan libidonya.

Shou, sudah sampai saat ini ia belum juga mencapai titik orgasme pertamanya. ia seperti wanita, walaupun sangat sensitif jika dirangsang sedikit saja, tapi saat mencapai klimaksnya begitu susah. sangat lama sampai aku tak bisa menahan hasratku untuk segera memasukan milikku didalam tubuhnya.

"aaakkkkhh!!! sagaaachiiii...!!!". teriak Shou saat dengan paksanya ku masukkan milikku ke arah lubang pribadinya. mungkin dirasanya sangat sakit karena aku masih bisa merekam wajah kesakitannya di antara remang remang cahaya sinar bulan. namun, inilah hal yang kusukai. dimana saat liang Shou belum siap menerima milikku, membuat milikku merasa mendapatkan pijatan lembut dari dinding dinding liang Shou, walau ku akui sedikit sempit.

"sshhhh...kimochhiiii...aaahhhh". desisku menikmati senggama yang kami lakukan. memainkan ritme cepat dengan terus menerus memaju-mundurkan milikku. belum lagi efek alkohol dari sake yang kami minum beberapa jam yang lalu saat bersenang senang dengan member band yang lainnya.

Surga dunia paling indah adalah menyetubuhimu, Shou...

"sshh..ii-itaaii Sagaa...aahhh..pelann..pe- aaahh...laann..". rajuk Shou sambil meremat sisi bantal yang ia kenakan. nyaris merapatkan kedua kakinya guna menetralisir rasa sakit dibagin bawah. namun aku tak peduli, teriakan kesakitan dan sikapnya yang seolah olah enggan ku masuki ini membuatku berhasrat ingin melakukan lebih dari 1 ronde.

ku buka kedua kakinya agar milikku lebih leluasa masuk kedaam tubuh sintalnya. mengambil satu kakinya berada di bahuku. aku bisa melihat miliknya yang sudah berdiri tegang ingin mendapat sentuhan. sambil mengecup paha putih mulusnya ku mainkan tanganku pada tonjolan merah muda didadanya-sesekali menekan lembut dan memutarkan jemariku diujung putingnya. membuat rasa sensasional.  masih dengan gerakan liarku, menyempatkan menggerayangi perut datarnya hingga Shou mengejang menikmati geli sekaligus nikmat. ku dengar Shou memekik pelan sambil meneriakan namaku, ku pikir...ujung milikku sudah menyentuh titik g-spotnya hingga aku temui cairan keluar dari milik Shou, membasahi sprei tempat tidur yang kami tempati ini.

Shou sepertinya sudah mengalami orgasmenya yang pertama. dilihat, wajah lelahnya dengan semu merah karena nafsu yang bergejolak terlihat sangat erotis dimataku. ia tersengal seiring dengan layu juniornya karena sudah melewati klimaks pertama.

"sagaahh..aahh..sudaahh....aku...saakiitthhh..aaaahhh". Shou berusaha menjauhkanku dari tubuhnya. sepertinya ia sudah merasa kesakitan yang luar biasa dengan ritme yang kulakukan padanya. ku lumat bibir manis itu, mendominasi dengan menjelajah isi dari mulutnya.

manis...sangat amat manis...

tapi, ini tidak berlangsung lama, karena Shou segera menghentikan ciuman yang ku berikan padanya, memalingkan wajahnya kearah kanan. ku dengar ia terisak sambil tetap menggumam sakit.

kenapa?
bukankah kita selalu melakukannya?

"hikss...cu-cukupp...sagaaahhh...ukkhhsss..hhsss...". masih berusaha menyingkirkan diriku dari tubuhnya. tak tahukah kau Shou, sikapmu yang seperti ini seolah tidak menghormatiku sebagai pacarmu. kau menolakku padahal tadi kau lah yang memancingmu terlebih dahulu. apakah kau hanya ingin terpuaskan sendiri? egois sekali?!!

kalau kau memang tidak senang, aku tak akan mengacuhkan apa yang kau minta, Shou. jangan harap aku menyelesaikan sebelum aku menyemprotkan cairanku di dalam tubuhmu. jujur aku kesal, karena itu..aku benar-benar akan bermain lebih dari sekali denganmu malam ini...!

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

aku tertegun, diam berpikir menelaah apa yang baru saja di katakan oleh Nao pada kami ber empat. itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi pada kami. pada Alice nine yang sudah berkarir selama 8 tahun ini.

"shou...keluar..?". gumamku tak percaya. seketika itu juga suasana didalam studio kami berubah. atosfernya terkesan sangat suram.

"ku pikir, kau sudah tahu. maka dari itu aku bertanya padamu. kira-kira apa alasan Shou keluar dari band?". kata Nao, mendaratkan tubuh ke atas sofa di belakangnya. diikuti Hiroto disamping ex-leader kami. Aku tetap berdiri, menunduk. berfikir apa yang Shou pikirkan hingga ia keluar dari Alice nine.

mana aku tahu. sudah hampir 4 bulan, aku sudah tidak bisa berkomunikasi dengan Shou. beberapa bulan yang lalu memang kami terlibat adu mulut hingga mengakibatkan hubungan kami berakhir. sebenarnya hanya masalah sepele. namun, mau bagaimana lagi? pria mana yang senang melihat kekasihnya dekat-terlihat mesra dengan pria lain? biar itu sahabatnya sendiri.

ya ku akui, aku memang posesif dan sangat pencemburu. itu hal wajar menurutku, karena sesungguhnya aku tak ingin kehilangan dewi-ku yaang cantik dan sempurna, Shou..

ada tapinya, aku tak bisa terus menerus menahan emosiku karena sikapnya yang terlalu baik dengan pria manapun termasuk pria disampingku ini yang sibuk dengan rokok mentholnya-Tora. itulah yang membuat Shou mengatakan kata 'Putus' dan 'selesai' padaku dengan alasannya yang sudah tidak tahan akan sikapku padanya. aku berdecak kesal, melirik Tora yang masih bersikap sok dingin.

"seharusnya kau bertanya pada macan satu ini. ku pikir, PACAR baru Shou yang satu ini lebih mengerti dari pada aku". kataku dingin sambil menekankan kata-kata pacar.

"apa maksudmu, saga?".

bagus! dia berpura-pura tak tahu dengan tampang tak berdosanya itu?!
benar-benar kedok yang sempurna, menyulut emosiku.

"tak usah berpura-pura, Tora. bukankah kau alasan Shou meninggalkanku? tak tahan denganku itu hanya alibi". kataku ketus. menghampirinya dengan membusungkan dada.

"jaga bicaramu, sobat!". Tora terlihat tidak terima, dihentakan rokoknya sampai terjatuh.

"apa lagi?! benar bukan? gila, kau berani sekali merebut kekasih temanmu sendiri, hah?!!". teriakku tak tahan dengan emosiku yang meluap-luap.

"oi! yamette, minna!". Nao bangkit diikuti Hiroto, berusaha memisahkan aku dan Tora.

"kau...pecundang!". semprotku pada Tora, seketika itu juga mata tajam Tora membulat. menyingkirkan si kecil Hiroto hingga terjatuh, menarik Nao pergi dariku dan...

BUGGGHH!!!

satu pukulan telak dari Tora berhasil mendarat di wajahku membuatku limbung. brengsek! aku dikalahkan oleh bayi macan bongsor ini?!. aku berusah berdiri untuk memberikan pukulan balasan. meludah saat ku rasakan ada sesuatu yang anyir dan amis di dalam mulutku. namun, lagi-lagi Nao sigap menangkap tubuhku-menahan agar aku tidak mendaratkan sebuah pukulan diwajah blasteran Tora.

"kau salah, Saga-kun! alasan Shou memutuskanmu bukan aku! tapi dirimu sendiri!". kata Tora tegas. perkataannya kembali mencuatkan rasa amarahku. aku?! alasannya karena aku?!

"Shou...alasannya adalah karena dirimu. ia memilih jalan ini karena ia memikirkanmu..". nada lirih keluar dari mulut Tora. Ia terduduk menengadah sambil menyulut rokok yang baru saja ia ambil.

"shou..dia orang baik yang selalu memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. asal kau tahu saja, Shou sangat mencintaimu. Dia tak mau kehilanganmu. tapi, sesuatu memaksanya untuk pergi darimu. katanya, ini demi kebaikan masa depanmu dan Alice nine...". Kata Tora dengan satu helaan nafas.

"eehh?? memang ada apa sebenarnya, Tora-kun?". tanya Hiroto dengan wajah polosnya, memandangku dan Tora secara bergantian. terlihat bingung dengan topik pembicaraan kami.

"hey, saga..kalau kau ingin tahu yang sebenarnya..datanglah ke apartementku. kau akan tahu, alasan dari Shou yang sebenarnya. pintu apartementku selalu terbuka untukmu..". Tora bangkit, menepuk pundakku bersahabat.

Cih! dia mau mengetesku, rupanya. atau menantangku berkelahi?! baiklah, nanti malam aku akan dengan senang hati menerima undanganmu!

...dan, disinilah aku. berdiri yakin didepan pintu hitam polos milik Tora. tak terdengar suara apapun di dalam sana, terlihat sepi. sekelebat, bayangan Shou dan Tora muncul diotakku. membuat otakku bekerja memikirkan sesuatu yang tidak-tidak. apa jangan-jangan, Tora hanya ingin pamer padaku kalau sekarang ia sedang bermesra-mesraan dengan Shou? pamer jika hidup Shou jadi lebih baik daripada saat dia bersamaku dulu?

Aku mengumpat pelan, menendang gusar pintu didepanku karena pikiran-pikiranku sendiri. sebaiknya aku pergi saja dari sini. toh, jika memang apa yang kupikirkan benar-benar terjadi, yang ada aku hanya dipermalukan karena aku tak bisa menahan emosiku melihat mereka berdua.

"oh, kau sudah datang rupanya, saga-kun..". suara Tora saat pintu apartementnya terbuka membuatku sedikit terlonjak kaget. aku menatap macan itu dengan dinginnya. dipikir, yang bisa membuat tatapan dingin hanya dia saja?!

"masuklah-"

"tidak usah,disini lebih baik. langsung saja. jelaskan padaku apa maksud perkataanmu tadi siang..".

"aah..benar-benar keras kepala. kau masih marah padaku?". kata Tora, menyandarkan tubuhnya disisi kusen pintu.

"sudah, ceritakan saja disini."

"baiklah..baiklah-"

"Dare Hito desuka, Tora-kun...?".

samar-samar ku dengar suara tak asing yang berasal dari dalam apartement Tora. suara yang ku kenal selalu ku dengar, dulu. otomatis, aku melirik ke arah Tora yang tersenyum ke arahku. senyumnya itu menyebalkan seolah-olah sedang mengejekku.

"seorang teman! kemarilah, temui dia, kau pasti suka!". teriak Tora tak bergeming dari posisinya. kulihat siluet orang berjalan menghampiri kami berada. mataku membulat saat menyadari siapa yang menghampiri kami sebelum sosok itu sadar akan kedatanganku.

"kenapa tidak ma---ya, Tuhan..Saga?!". pekiknya tak percaya saat sudah berada di belakang Tora. ya, itu Shou. sosok cantik yang pernah ku miliki sedang berlindung dibelakang Tora karena kaget menyadari diriku.

"Sh-Shou...? ap-apa yang...?". aku terbata lebih kaget dari Shou. terkejut dengan keadaan Shou saat ini. aku berjalan masuk, guna membenarkan realita didepan mataku. ku raih pundak Shou yang sedang tertunduk malu sambil menggigit bibir bawahnya. Aku masih tak percaya, sosok di depanku ini sedang terisak sambil mengelus perutnya yang membuncit.

"ka-KAU?!". aku menggeram.

‎"kau mengira aku yang melakukan ini pada Shou, huh?!". kata Tora saat aku berhasil meraih kerah kaosnya. siap mendaratkan sebuah pukulan pada wajah tampan itu. tiba-tiba saja, Shou menarik tanganku dari Tora. melerai agar tidak terjadi perkelahian diantara kami.

"jangan, saga...ini bukan salah Tora-kun...tolong, jangan lakukan ini...". kata Shou menenangkanku.

"kenapa kau tidak bisa sadar diri kalau Shou seperti itu karena ulahmu?". Tora berkata santai. Aku mendelik tak percaya. apa-apaan ini?!

"jadi, aku yang bercerita..atau kau sendiri yang bercerita, Shou?". tanya Tora pada sosok cantik didepanku. Mata bulat itu memancarkan sirat kebimbangan. pelan-pelan ia memandang mataku dengan tatapan nanarnya.

"Sagachi...a-aku hamil...memang aneh, ta-tapi...apa yang kau lihat saat ini benar adanya. bahwa, yang ku kandung di dalam perutku ini....adalah bayimu...". Shou mengusap perutnya.

Aku terperangah mundur, sampai punggungku menyentuh dinding apartement. sulit ku percaya, Shou...mengandung anakku?! ini bukan april MOP dan bukan suatu rekayasa yang direncanakan untuk menjahiliku, bukan?

"ba-bagaimana bisa? kenapa kau tak menceritakannya padaku? dan malah memutuskan hubungan kita?". tanyaku menuntut jawaban dari Shou.

dengan pelan Shou menceritakan semuanya. saat terakhir aku menidurinya..dia sudah menyadari kalau dirinya itu  spesial. maka dari itu, Shou tak ingin berlama-lama saat kami berhubungan. karena Shou tahu, saat itu aku tidak memakai pengaman seperti biasanya.
sialnya, kenapa harus memutuskan hubungan denganku? seolah-olah orang akan beranggapan aku lari dari tanggung jawab. menghamili anak orang dan tidak mau mengakui kalau itu adalah darah dagingnya.

"aku..aku tidak mau merusak masa depanmu, Saga..maka dari itu..aku berbohong padamu. dan memutuskan ini semua..". Shou tertunduk. aku bisa melihat wajah cantiknya memerah dan titikan air mata dari dua mata bulatnya. rasanya kenapa aku jadi iba melihatnya. aku hampiri ia, merengkuh tubuh itu kedalam pelukanku. rasa hangat dan nyaman seketika menguar. aku mulai menyadari bahwa aku sangat mencintai sosok ini."dasar, bodoh! jika seperti ini terus, dan kau tak mengakui yng sebenarnya..masa depanku akan benar benar rusak. kalau kau berteus terang padaku, masa depanku pasti lebih baik, Shou..". kataku mengecup puncak kepalanya, sayang.

"jangan salahkan Tora-san, Saga..hhkkss..aku memintanya untuk diijinkan tinggal disini..ini semua salahku. seandainya waktu itu aku tidak menggodamu..maaf..hhkkss...".

"tidak, Shou..salah adalah ketika kau membiarkan dirimu berjuang sendirian untuk bayi kita. maka dari itu, kembalilah padaku. kita besarkan bayi ini bersama-sama...". kataku membujuknya. Shou melepas pelukanku, mengagguk dan memamerkan senyuman indahnya. ku cium kedua pipinya yang merona sambil membisikan kata cinta ditelinganya. aahh..betapa leganya aku dengan semua ini.

"ehem!". sebuah dehaman Tora membuyarkan kegiatanku yang akan mengecup bibir merekah Shou.

"cih, kau merusak suasana saja!". dengusku memukul lengan bisep Tora. Tora hanya tertawa sambil merangkul kami berdua.

"ayo masuk, angin malam tidak baik untuk orang hamil dan bayi di perutnya.". Kata Tora mengedipkan sebelah matanya pada Shou.

"OI! jangan lakukan itu pada istriku!!". teriakku protes diiringin tawa Tora dan Shou.

~OWARI~

Affair |2|

tittle : Affair

Part : 2/?

author :takahara Kazamoto

band/pairing :alice nine/Toraxshou, Toraxsaga

genre/rating : romance, smut scene/ NC-17

note : menyiksamu adalah surga dunia untukku, sayang *elus2 pipi Shou* LOL

np : MY DEVIL ON THE BED!

Summary : Shou...cemburu, Tora! *cieeeee*


******

Part 2

Pagi ini, Air mata itu kembali mengalir diantara pipi mulusnya yang memerah. Mata bulatnya terpejam erat, bibirnya dibiarkan tergigit oleh giginya sendiri guna menahan rasa sakit yang dideritanya. Ia menengadah dengan wajah dipenuhi peluh keringat. Kemejanya dibiarkan merosot menuruni bahu putihnya, memperlihatkan dada mulus yang dihinggapi bekas bekas merah.

Shou-tubuhnya yang nyaris telanjang bergetar ketika Tora mengulangi apa yang dilakukannya pada Shou beberapa minggu yang lalu. Duduk dimeja dapur dengan kedua kakinya yang merentang lebar, mencengkram erat punggung Tora sambil sesegukan. Wajahnya terlihat begitu kesakitan ketika dengan kasarnya Tora yang berada diantara kakinya kembali memainkan permainan kasarnya pada Shou.
Tangan besar Tora sibuk memijat milik Shou, tak peduli dengan cairan yang menyembur keluar menjadikan tangannya terasa lengket. Satu tangannya meraba raba tubuh Shou yang lain.

Lagi lagi Tora tergoda oleh kemolekan tubuh adiknya sendiri, hingga ia harus mengulangi perbuatannya lagi. Merasakan lekukan tubuh Shou, menjelajahi guna menghafal setiap bagian bagian tubuh Shou.

Jangan salahkan Tora jika ia melakukan hal ini berkali-kali pada Shou!.

Tora berhenti ketika dirasanya Shou sudah lemas tak berdaya melayaninya. Tubuh itu sudah tak bergetar dan tak bertenaga. Tora mengambil wajah sang adik, melihat keadaannya.

“Shou...” panggil Tora khawatir.

Kepala lunglai Shou tersandar didada bidang Tora. Nafas Shou masih tersengal berat dan matanya terpejam. Tapi, senyum manisnya merekah pada Tora. Tora menghela lega, membelai sayang pipi Shou, mencium bibir merah Shou. Merasakan kembali empuknya bibir merah itu.

Kriiiuuukkkkkk....

Tora terdiam, melepas ciumannya. Baik Shou maupun Tora mereka saling pandang. Menerka bunyi apa yang baru saja terdengar. Tora merona sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

“uh, kegiatan ini membuatku lapar..”. kata Tora tersenyum disambut kekehan geli dari Shou.

Salah sendiri, saat Shou akan membuat sarapan, Tora memancingnya untuk ‘berhubungan’ lagi.

Shou Bergerak pelan beranjak dari meja dapur. Pikirnya, ia harus memasak sesuatu untuk kakak tampannya ini. Tapi, saat rasa sakit yang sama seperti tadi malam kembali terasa membuatnya berhenti bergerak. Shou mengaduh, membuat Tora yang sibuk membenahi dirinya sendiri menoleh pada Shou.

Dan...Shou berdarah lagi.

“Shou...daijoubu?”. Tora memandang Shou yang meringis kesakitan sambil mengamati selangkangannya. Tora berdecak, kenapa ia tak menyadarinya..?

“uuh..daijoubu niichan. Nanti juga hilang rasa sakitnya. Tenang saja, akan ku buatkan makanan untukmu”. Jawab Shou jujur, berusaha menahan rasa sakitnya.Tanpa aba-aba, tubuh Shou diangkat oleh Tora. Shou tak mengerti dengan apa yang akan kakaknya lakukan. Membopongnya menjauhi arena ‘pertempuran’ mereka tadi, menuju kamar Tora. Shou memberikan pandangan heran pada Tora. Tora hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Apa jangan-jangan akan ada ronde ke-2 untuk pertandingan ‘gulat’ mereka..? pikiran Shou melayang. Bukannya menolak, tapi Shou ragu seandainya mereka melakukannya lagi, mau jadi apa tubuhnya nanti..? bisakah tubuhnya menerima perlakuan Tora lagi..?

“berbaringlah, biar ku obati lukamu..” kata Tora saat permukaan lembut kasur Tora menyentuh kulit putih sang adik.

“eh...tapi-“

Kruuuuukkkk...

Lagi-lagi bunyi itu. Tora meringis, walau dengan adiknya sendiri, tapi bunyi itu membuatnya merasa dipermalukan.

“niichan, kau lapar. Aku tak ap-“

“ck! Bisa tidak, kau jangan cerewet ?!. yang lapar itu cacing dalam perutku. Pentingkan dulu lukamu. Mengerti?!”. Kata Tora galak, sambil menyentil pelan dahi lebar Shou. XDD
Shou sibuk mengusap usap dahinya saat Tora pergi keluar kamar untuk mengambil celana bersih Shou, handuk dan air hangat. Shou menunduk, tersenyum sipu sambil mengancingkan lagi kemejanya yang terbuka berantakan. Membayangkan betapa manisnya perlakuan Tora beberapa hari ini. Tapi, bayangan itu kabur ketika Saga muncul dipikirannya.

Bagaimana dengan Saga-shi..?

Apakah Shou harus meminta Tora untuk menghentikan hubungannya dengan Saga..?

Tentunya untuk Shou sendiri..

Untuk cinta antara Shou dan Tora tanpa adanya penghalang berupa Saga...

“nah! ayo rentangkan kakimu, Shou”. Perintah Tora tiba tiba. Shou mendongak terkejut, menatap Tora yang sudah ada di depannya dengan sebaskom air hangat dan handuk yang tersampir di bahunya.

“kenapa menatapku seperti itu, ada apa..?”. Tora meletakkan baskom berisi air hangat itu di samping kirinya, lalu merangkak ke depan Shou. Merentangkan pelan kaki Shou agar Shou tidak merasakan kesakitan.

“umm..iee~ niich- oouch!” jawab Shou menggeleng dengan ekspresi meringis kesakitan saat handuk hangat itu menyentuh lubangnya yang terluka berdarah. Dengan pelan Tora mengusap daerah luka Shou. Memandangnya dengan tatapan serius, sampai tak memperhatikan orang yang diobatinya sedang merona malu.

Mengobati sang malaikat dengan penuh hati-hati.
Seperti sedang memoles sebuah boneka porselen mahal.
Sabar...

Dan cukup lama Tora menyentuhkan handuk hangatnya pada teritori privat shou. Hingga ia berhenti menyentuhkan handuk hangat itu ke bagian tubuh Shou yang terluka, ketika sesuatu membuat pandangannya tertuju pada wajah Shou yang merona malu. Tora tertawa geli memandang adiknya yang tersipu.

“Shou..aku hanya mengobati, kenapa sampai ‘berdiri’ seperti itu?”. Tora tertawa. Shou memalingkan wajah cemberutnya sambil menutupi sesuatu yang berdiri tadi dengan ke dua tangannya.

“atau..jangan jangan kau mau ‘bermain’ lagi, Shou..?”. Goda Tora mencondongkan tubuhnya ke depan, hingga wajah mereka begitu dekat. Wajah Shou yang memerah begitu jelas terlihat di dalam mata tajam Tora. Benar-benar lucu! Batin Tora.

“To-Tora...?”. sebuah suara mengagetkan Shou dan juga Tora membuat mereka saling menjauh. Mereka menoleh bersama, memandang seseorang yang sedang berdiri terpaku di depan kamar Tora. Matanya terkesan heran memandang kakak-adik itu saat kacamata hitamnya dilepas. Shou buru-buru meraih bantal besar disampingnya untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

“eh..?Saga..?”. kata Tora, beranjak dari tempat tidurnya menghampiri Saga.

“Tora, ada apa dengan Shou..?”. tanya Saga, menghampiri Shou, ingin melihat keadaan calon adik iparnya yang terduduk bisu di tempat tidur Tora. Buru-buru Tora meraih lengan kurus Saga, menariknya supaya tidak mendekati Shou.

“dia..terluka, tadi aku sedang mengobatinya. Ngomong-ngomong, ada apa ke sini? Dan itu apa..?”.

“ah, aku sengaja mampir untuk mengantarkan ini. Kare buatan Okaa-san. Apa kau dan Shou sudah makan, marshy?”. Kata Saga sambil menaikan bungkusan yang sedari tadi di bawanya.
“syukurlah~tahu saja kalau aku dan Shou belum makan.” Tora terkekeh, mengusap usap kepala Saga. Dan pemandangan itu benar benar sukses membuat Shou terganggu.

Shou..cemburu, Tora.

“kau siapkan makanannya, aku akan membantu Shou membereskan dirinya. Oke?!.” Tora berjalan mendekat pada Shou seiring Saga pergi menuju dapur.

Tora memakaikan celana Shou yang sedari tadi dibiarkan teronggok di kursi kerjanya. Tapi, perlakuan Tora ditepis begitu saja oleh Shou. Tora memandang Shou, lalu menghela nafasnya. Seolah mengerti apa yang dirasakan Shou saat ini.

“jangan seperti ini, Shou. bukankah wajar jika aku memperlakukannya seperti itu..?”. Tora melanjutkan memakaikan celana pada Shou. Tapi, lagi-lagi tangan besarnya di tahan Shou.

Pandanglah mata bulat Shou, Tora!

Tak bisakah kau melihat mata besar itu menyatakan ketidak sukaannya pada sikapmu..??

“ne..Marshy, makanannya sudah siap. Ayo kita makan bersama!”. Suara teriakan Saga terdengar. Segera saja Tora memakaikan celana Shou secara paksa. Menggendong adiknya menuju ruang makan.

“aku tak lapar! Turunkan aku, niichan!”. Shou mulai memberontak ketika dua tangan besar Tora mengangkatnya.

“diam, dan patuh! Jangan membuatku marah padamu!”. Kata-kata tegas Tora cukup membuat Shou terdiam.

Marah..?

Ia tak mau jika Tora sampai marah padanya. Akan menyakitkan bila Tora benar-benar marah padanya.

Tapi,yang seharusnya marah itu adalah Shou..?

Shou berhak marah dengan Tora karena sikapnya itu.

Kalau dia tidak secemburu ini, lalu hubungan yang mereka jalani selama ini itu apa..?

melakukan semuanya sampai sejauh ini, kalau bukan saling mencintai, lalu apa..?

apa, kau masih menganggap Shou sebagai adikmu..?

Shou...ia benci seperti ini. Hanya diam sambil menenggelamkan kepalanya kedalam dada Tora. Menuruti saja apa yang Tora perintahkan.

“nah, kau bisa dudukan Shou disini, marshy”. Saga menyeret satu kursi untuk diduduki Shou. Pelan, Tora meletakkan Shou ditempat yang tadi Saga siapkan. Sementara Saga sibuk menyiapkan kare untuk Shou, Tora sibuk sendiri memandangi adiknya yang terlihat tak suka. Tak suka dengan keramahan Saga.

“nah, ayo cicipi..Marshy, buka mulutmu..aaaa~”. Saga menyuapkan satu sendok kare kedalam mulut Tora.

“hm..oishii~. kau juga harus mencicipinya, Shou-“. Tora bersiap menyuapkan kare pada Shou.

“aku bisa makan sendiri!”. Tolak Shou, memalingkan wajahnya. Menyuapkan sendiri karenya.

Pemandangan yang sukes membuat Shou kembali menahan amarahnya. Menahan rasa cemburunya ketika melihat Tora kembali bermesraan dihadapannya.
Kenapa harus seperti ini..?
Apakah Tora memang bermaksud membuat Shou seperti ini..?
Menguji seberapa kuatnya Shou dengan sikap Tora..?

Satu tetes airmata jatuh juga dimata bulat Shou. Ia sudah tak bisa menahan lagi, rasa sakitnya-rasa cemburunya pada Tora.

Dada ini, begitu sakit..
sangat sakit saat melihat Tora terang-terangan menunjukan sikap mesranya pada Saga.

“daijoubu, Shou..?”. tanya Saga menyadari wajah Shou memerah dan air mata yang mengalir dipipi Shou.

“ka-kare ini..pedas, aku tak begitu suka makanan pedas..gomen”. Kata Shou mengusap air matanya, beranjak meninggalkan Tora dan Saga.

“benarkah..?”. Saga memandang Tora yang diam.

“dia......bohong”. jawab Tora sekenanya, sambil tetap melahap karenya.

~T.B.C~


Rabu, 06 Agustus 2014

10 Songs Meme Drabbles |Drabble|

Title : 10 Songs Meme Drabbles
Chapter : drabble
Pairing/Band[s] : #tebak tebak berhadiah pisduk
Rating : tidak mengandung zat adiktif(?)
Disclaimer : not own. *repost

Summary / Rules :
1. Pilih fandom/pairing yang kamu suka
2. Nyalakan music player-mu dan mainkan dalam mode shuffle/random play
3. Tulis sebuah drabble(cerita pendek) berdasarkan lagu yang sedang dimainkan. Mulai tulis ketika lagu dimulai dan berhentilah ketika lagunya berakhir
4. Lakukan sebanyak 10 kali dan post, beri judul "10 Songs Meme Drabbles"

Notes : hasil tag note facebook

1.Crossfaith - Blue

-Tora's POV-
ck!
masih sama, masih seperti biasanya..
kau selalu memaparkan semua hal palsu pada semua orang. tak pernah menunjukkan siapa dirimu.menggunakan sebuah topeng berkedok palsu dimana kau menyembunyikan siapa aslimu sebenarnya. ku akui saja, ini semua membuatku muak dan malas ketika harus ku lihat kau terus bersamanya. selalu berkata bahwa kau dan dia hanya berteman.

tak bisakah kau mengerti, shou?
aku..cemburu

aku terluka, tersakiti dan merasa ditipu olehmu.
ditipu oleh kecantikan parasmu dan sikap lembutmu yang selalu membuatku merasa selalu diberi harapan olehmu.
sadarkah kau, bahwa apa yang kau lakukan membuatku begitu malas menghadapi kenyataan bahwa pada akhirnya kau tak bisa ku miliki..
persamaan tak selalu baik, shou...
persamaan kita inilah yang sangat tak bisa ku tolerir..
karena persamaan kita tak bisa membuat kita bersatu...

2. Why – Ayumi Hamasaki Ft. Juno

-Shou's POV-
Masih sama seperti saat itu. Ketika dimana kita harus mengakhiri semua yang telah kita lalui bersama. Kau masih terdiam, dan kita tak pernah lagi bisa seperti dulu.

Bercanda bersama..
Tertawa bersama..
Tanpa ada rasa yang menghalangi kita berdua..

“maaf, Shou…aku hanya temanmu..”

Sejak saat itu..
Kenapa aku tak bisa mengatakan lagi “aku ingin melihatmu” dan  “aku merasa kesepian..” ?
Terasa begitu berat karena jarak yang kau ciptakan untuk berada lebih jauh dariku..
menghindariku...

kenapa..?

Aku masih mencintaimu, Tora…selalu.
Itu yang selalu ingin aku katakan padamu.  Setiap detik di setiap hariku. Mencurahkan betapa aku sangat mencintaimu.

Tak bisakah, kita kembali seperti dulu lagi?
setidaknya menjadi teman yang mau berbagi duka dan bahagia?

3.  No One - Hilchryme

-Dasoku's POV-
Bintang dimalam ini tak seindah matanya yang selalu memancarkan sinar bahagia yang sempurna. Berkilau cantik dimata bulatnya yang manis.

Ah, Shou…
Tahukah kau tak ada seorangpun yang mampu menggantikanmu dihatiku?
Selalu, hari demi hari aku terus memikirkanmu. Memikirkan wajah dan sikapmu yang begitu manis untuk ukuran seorang pria.

Tapi, kenapa sekarang cahaya dimatamu terlihat meredup?
Seolah tak ada lagi sinar kebahagiaan terpancar diwajah cantikmu yang khas.

“daijoubu, Dasoku…aku benar-benar  tidak apa-apa..”. katamu tersenyum. Ya, aku tahu. Senyum itu senyum palsu yang kau berikan padaku.

Tak seorangpun tahu..
Ada apa denganmu yang sebenarnya.
Hanya aku..
Hanya aku, seorang pria yang diam-diam mencintaimu…
Tahu bahwa kau sedang terluka.

4. Rainy Day – Yuyoyuppe

-Author's POV-
Suara dentuman keras menggema dipenjuru apartementnya. Semua barang tergeletak acak-tercecer begitu saja dilantai kayu. Tubuh besarnya yang basah kuyub terjatuh lemah. Tora-meremat rambut hitamnya keras keras. Ia benci semuanya yang ia alami saat ini. Ia benci..

Benci hujan hari ini…
Benci suara itu..

Suara desahan indah yang menggema didalam sebuah kamar milik Shou yang berbaur dengan suara gemericik air hujan. Hawa penuh gairah yang merubah dinginnya suhu kamar menjadi sedikit panas. Dua tubuh polos yang bersatu menciptakan suara decitan dari tempat tidur dan lantai yang bergesekan.

“nggghhhh…da-dasokuuuhh…aaahhhnngg..”

Brengsek!!
Itu yang Tora pikirkan saat memasuki apartemet Shou yang tak terkunci dan mendapatinya sedang bercumbu mesra dengan teman baiknya akhir-akhir ini. Tidak, lebih tepatnya pria baru yang mengisi hari hari Shou-melalui hari penuh kepedihannya karena Tora.

Dugaannya meninggalkan Shou untuk alasan itu ternyata salah. Tora munafik!
Biar bagaimanapun cintanya pada sosok cantik itu tak bisa dikalahkan oleh otaknya yang terpaku pada peraturan yang ada. Tora pikir,  masih ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Namun, yang ia dapat hanyalah pemandangan dimana tubuh Shou dinikmati oleh orang lain.

5. take me Out!! - F.A.L.I.L.V

-Author's POV-
"pergi!!!". seru Tora di depan Shou. menatap geram sosok pria berparas ayu yang memandangnya sayu.

"ta-tapi.."

"aku jijik melihatmu, Shou!". teriak Tora sukses menghantam jantung shou.

Ji-jijik...?
sehinakah itu aku dimatamu, Tora..?

"beri alasan padaku, kenapa kau begitu jijik pada ku?". tanya Shou, terlihat begitu tenang.

"apa perlu aku katakan padamu? ".

"kalau begitu, tolong bawa aku pergi..dari kotoran yang membuatmu jijik padaku, Tora.."

"kenapa harus aku?!!".

"karena..aku yakin, hanya kau-temanku yang bisa membawaku pergi dari hal yang menjijikan itu..."

6. Mou Bye Bye - Hilchryme

-Shou's POV-
mungkin..memang aku harus pergi darimu. menghilang jauh dari hadapanmu sampai hari kiamat itu tiba. tapi, aku tak bisa untuk berkata selamat tinggal pada rasa cinta yang sudah mengakar dihatiku.

Tora...
kau selalu temanku. sahabatku. dan cinta pertamaku.
sampai kapanpun, aku tak bisa meraihmu. karena aku tahu, kau tak akan bisa membalas perasaan yang kurasakan padamu.

selamat tinggal, Tora..
terimakasih atas cintamu dan kenangan indah bersamamu selama ini.

kalaupun bisa, suatu saat nanti ingin ku katakan "jya matta na" padamu..
kalau bisa..
tapi, kata sayonara adalah kata yang tepat untuk kita berdua.

7.Reminds me - ayumi hamasaki

-Author's POV-
kesakitan yang menjalar karena kemunafikan. terselimut rapat dalam ruang gelap yang membuat Tora merasa jatuh lebih terluka. kenapa begitu sulit melepas semua memori tentang Shou dari pikirannya?.

Ia pergi..sesuai dengan keinginan Tora.
pergi membawa semua kenangan pahitnya karena Tora.

Tora ingin kau kembali, Shou.
ingin agar ingatannya tentang perasaannya padamu tersampaikan. Ingatkan Tora pada kesalahannya padamu. melukaimu dengan perasaannya yang ternyata mencintaimu...ya, mencintaimu.

8. Jun'yatomanami - Hilchryme

-Tora's POV-
akhirnya aku menemukanmu. setelah semua waktuku ku habiskan hanya untuk mencarimu, bertemu denganmu dan mengucap maaf karena aku berbohong dengan perasaanku dan kepadamu. bahwa aku ternyata mencintaimu.

menemukanmu disaat lonceng gereja berdenting dan hamburan kelopak mawar putih terjun bebas kearahmu. kau terlihat begitu cantik, shou. dengan paduan gaun putih yang selaras dengan wajah ayu-mu serta sosok yang ku kenal sebagai teman baik kita-Saga. kalian bergandengan tangan keluar dari gereja memamerkan senyuman bahagia yang terlihat begitu nyata.

bertemu denganmu, disaat aku benar benar tak bisa meraihmu dalam pelukanku untuk selamanya. Kami-sama mengabulkan perkataanku yang menginginkan kau pergi dariku.
Matamu menemukanku yang berada jauh darimu berdiri kaku melihat kebahagiaan diantara kalian berdua. senyumanmu yang manis seketika memudar melihatku.

Tidak..Shou. Tidak!
jangan hilangkan senyuman manismu dari wajah cantikmu.
berpalinglah, jangan melihatku. karena aku lah yang memudarkan senyum manismu.

Semoga kau bahagia, Shou..

9. Prayer - Hizaki Versa

-Shou's POV-
Tora...
bagaimana kabarmu sekarang? ku harap kau baik baik saja.
sekarang aku sudah bahagia bersama teman kita-Saga.
bagaimana kau bisa menemukanku disaat hari bahagiaku?
Tora..
biar bagaimanapun, kau tetap orang yang pernah ku cintai.
aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu..teman.

10. SiM - Happy Home

-Tora's POV-
memejamkan mata menikmati semerbak wangi musim dingin.duduk diam di taman kota membiarkan salju menuruni pahatan wajahku.
dingin..
tapi terasa begitu hangat ketika tubuh itu memelukku sayang. memberikan kehangatan sampa kedalam tulangku.
kau mengecup pipiku dan berbisik...

"Tadaima..."

Aku tersenyum, menoleh. mendapati sosokmu dengan balutan jaket tebal yang kau kenakan. bangkit meraih tubuhmu agar aku bisa membagi kehangatan pula kepadamu.

"Okaerinasai..." jawabku semesra mungkin padamu. mengecup rambutmu yang wangi.

"jadi...apa yang sedang kau lakukan disini?". tanyamu dengan wajah lugumu yang menggoda.

"menginginkan sesuatu pada santa clause, Shou". jawabku singkat.

"ingin apa?". matamu menandakan kau sangat ingin tahu apa yang ku inginkan.

"kau ingin tahu?"

"tentu!"

"baiklah. aku ingin....."

"yaa..??"

"i wanna be..your love". bisikku mengakhiri dengan sebuah ciuman hangat penuh cinta untuknya.
untuknya-Bidadari yang jatuh kepelukanku, Shou.


-OWARI-

Adam Met Eve -I-

tittle : Adam Met Eve -I-
author : Takahara Kazamoto
band/pairing(s) : Alice nine, The GazettE, Miyavi/ToraxShou, ReitaxRuki
genre/rating : romance, yaoi, angst/PG-15
disclaimer : this fic is mine. pure dari otak sukebe gw. gw g plagiatin karya orang. Kalau ada kesamaan cerita, gue g tau. *repost

NP : Crossfaith, Fear and Loathing in Las vegas, Fear from the hate, manafest ft koie Crossfaith, new breed, blood stain child

summary :
Ia tertarik…
Bukan karena tariannya yang mengundang,
Bukan karena tubuhnya yang sintal dan molek,
Bukan juga karena wajah cantiknya yang eksotis, mengundang lelaki untuk menyentuhnya..




~***~

Tora menghela, sepagi ini moodnya benar benar tidak mendukung. Padahal diluar sana cuaca begitu hangat dan cerah. Mau bagaimana lagi, karena mimpi aneh yang beberapa hari ini terus terulang.

Kazamasa… sebenarnya siapa dia?
Lalu Outer.. belum lagi Genome..
Apa aku terlalu banyak menonton anime yang tak jelas sampai sampai terbawa mimpi?

“apa harus ku ceritakan pada Miyavi-san?”. Kata Tora sambil menepuk bahunya, Berjalan santai menelusuri lorong menuju stasiun kereta. Sedikit ramai di jam 06.30 pagi ini. Bisa dilihat dari banyaknya murid SMA dan orang orang kantor yang berjalan menuju stasiun bawah tanah guna menggunakan fasilitas angkutan darat itu.

Tiba tiba Tora menghentikan langkah kakinya saat mata elangnya menangkap sosok wanita disudut stasiun, tertunduk lesu berdiri bersandarkan tembok lusuh di sisi kiri. Tora menghela nafas dihampirinya sosok itu. Berdiri disamping wanita yang terus diam disana, sambil menyalakan rokoknya.

“haah~ harus ku bilang berapa kali lagi agar kau pergi dari sini?”. Kata Tora mengepulkan asap rokoknya. Berkata sepelan mungkin agar orang lain tak mendengarnya. Wanita itu terus diam, ia menoleh memandang wajah Tora. Tora bisa melihat wajah pucatnya yang sedih. Matanya berbinar ingin menangis. Tapi, apa yang terlihat tidak lah seperti kenyataannya. Perempuan itu sebenarnya tengah berbahagia.

Wanita itu bukanlah wanita biasa. Wanita itu adalah sesosok roh halus yang selalu berdiam diri disana, bukan sebagai penunggu stasiun, hanya saja dia roh yang belum tenang.  Hingga di dunia seperti gelandangan yang tak punya tujuan. Tora-sebenarnya dia memiliki keistimewaan khusus yang tidak semclubang orang miliki. Karena kemampuannya itulah  ia bisa melihat dan menyentuh sosok tak kasat mata, terkadang ia membantu mereka juga. Tak sia-sia usaha Miyavi-san yang menyuruhnya untuk terus melatih kemampuan istimewanya.

aku hanya ingin mengatakan terimakasih padamu, karena sudah mau peduli padaku…”. Kata wanita itu tersenyum di antara ekspresi sedihnya.

“tidak perlu berterimakasih padaku, lebih baik kau segera pergi dan tinggalkan dunia ini. Bukankah kau sudah melihat kehidupan ibumu dan anakmu bahwa mereka baik baik saja?”. Celoteh Tora.

maka dari itu, aku ingin bertemu denganmu untuk berterimakasih dan berpamitan…

“huh, sebagai hantu kau masih punya sopan santun juga rupanya..”

hihihihihi..sebagai manusia angkuhpun kau masih bisa berbuat baik

Tora berdecak diiringin tawa renyah hantu wanita itu. Terdengar menyeramkan tapi bagi Tora itu sudah biasa. Ia tidak marah, karena itulah kenyataannya bahwa Tora memang sedikit angkuh. Dibalik sikap angkuhnya ia masih bisa peduli dengan yang lainnya.

kalau begitu, aku pamit..terimakasih atas bantuanmu yang mau menyampaikan pesanku pada keluargaku. Semoga kau selalu diberi kesejahteraan, Tora-kun…”. Kata hantu wanita itu, melayang mundur pelan kearah rel kereta. Memberikan senyuman tulusnya pada sang malaikat penolong. Tora terdiam, menatap hantu wanita itu sampai bayangannya hilang terbaur seperti kabut. Ada rasa bahagia dan bangga di dalam diri Tora. Biarpun sosok itu bukanlah sejenisnya, tapi entah mengapa menolongnya memberikan rasa senang.

BUKK!

Seseorang membuyarkan pikiran Tora dengan memberi sebuah tubrukan keras kea rah tubuhnya yang tinggi. Tora mendesis, merasa kesal karena rokok yang belum ia habiskan harus terjatuh-terbuang sia-sia. Ia menoleh, hanya ingin melihat siapa pelaku yang sudah berani menabraknya. Kalau bisa, Torapun ingin sedikit memberi wejangan padanya.

“ah, maaf..maaf..aku tidak sengaja. Aku tergesa-gesa, karena sudah terlambat kesekolah. Maaf…”. Belum sempat Tora menceramahinya, seorang anak laki-laki yang menabrak Tora sambil terus membungkukan badannya.

“MAAF YAAA~!!”. Lanjut anak itu sambil berlari. Tora hanya bisa memandang heran pada bocah yang sepertinya murid SMA itu, untung saja sedang terburu-buru. Kalau tidak, bocah itu akan habis dicekoki auman dari macan satu ini. Tapi, ada satu hal yang membuat Tora heran..

Apa ada anak sekolah memakai kaos yang dipadukan kemeja dan skinny jeans?.
SMA mana yang murid-muridnya berseragam seperti itu?

Tora berkacak pinggang, satu kelemahan dari si tampan ini. Yaitu kemampuan otaknya yang sedikit lambat. XDD

~***~

"dan kau memimpikannya lagi?!". kata Saga seperti bernada tak heran ketika Tora kembali menceritakan mimpinya semalam di sebuah club yang cukup terkenal.

"hm!". jawab Tora sekenanya sambil menghembuskan asap rokoknya dan menggoyangkan gelas berisi wine mahal. Saga tertawa, baginya Tora seperti remaja galau dengan tingkat imajinasi tinggi yang sedang kesusahan mencari cinta. Tora hanya menghela, merasa ia pastinya akan ditertawakan oleh temannya ini.

"jangan jangan...itu adalah masa lalumu, Tora.". selidik saga dengan wajah seriusnya.

"masa laluku adalah aku hanya seorang anak buangan yang memiliki 'keistimewaan' dan tinggal di panti asuhan milik Miyavi-san sampai bekerja menjadi seorang musisi dan bergabung dengan kalian yang tak jelas". Kata Tora enteng. Membuang rokoknya asal.

"hey! tak jelas apanya? kita ini kelompok berjasa yang menumpas kejahatan. dan itu keren!"

"ya..ya..terserahlah".


kau pasti bertanya - tanya, sebenarnya siapa mereka itu, bukan?.

Ya, mereka tergabung dalam sebuah perkumpulan ilegal yang menghalalkan bahwa membasmi orang jahat merupakan suatu tindakan terpuji. Mereka adalah sekumpulan anak muda berbakat yang diasuh oleh seorang pengusaha kaya dan dididik agar bisa menjadi seorang pembunuh bayaran. Bagi mereka, termasuk Tora yang mengalami kepahitan dunia, ditelantarkan oleh kehidupan, jalan ini lah yang diambil. Tak peduli dengan konsekuensi yang akan mereka dapat. Hanya inilah yang bisa melampiaskan rasa kecewa dan kemarahan dengan kehidupan dunia yang semakin hari semakin keras dan ngawur.

“jadi, siapa target kita malam ini, Ru..?”. Tanya Saga dari balik alat komunikasi yang bertengger ditelinga kanannya.

“mengenai target, akan ada satu orang anggota club yang akan menemui kalian dan memberitahu siapa target kita". jawab Ruki dari seberang line.

“eh?! Ada tambahan anggota lagi di antara aku dan Tora? Ah, jadi tidak asik terlalu banyak orang!”. Saga mendengus sebal.

“hey, sembarangan! Miyavi-san yang memerintahkan ini, BUODOH!!”. Ruki berkata sengit.

“apa?! Beraninya kau memanggil aku bodoh! Aku ini kakakmu, KONTET!!”. Balas Saga.

Walau Tora bisa mendengar pertengkaran tak penting dari dua bersaudara ini, ia memilih untuk bersikap cuek-masa bodoh sambil menggelengkan kepalanya. Toh, bukannya menyenangkan jika ada satu orang lagi di dalam misi mereka kali ini? Setidaknya Tora bisa sedikit santai dan tidak memerlukan banyak energy untuk menghabisi targetnya.

matanya terus mengamati sosok di atas panggung yang tak jauh darinya. Entah apa yang membuatnya tak bisa lepas dari seseorang yang sedang menari erotis di atas panggung sambil menggesek gesekkan badannya pada sebuah tiang. Membuat mata dan nafsu birahi para lelaki di dalam club memuncak. Tapi tidak dengan Tora.

Ia tertarik…
Bukan karena tariannya yang mengundang,
Bukan karena tubuhnya yang sintal dan molek,
Bukan juga karena wajah cantiknya yang eksotis, mengundang lelaki untuk menyentuhnya..

Tapi, sesuatu yang sangat lekat diingatannya. Sesuatu..yang Tora tak tahu apa itu.

“Tora-san, dan Saga-san..?”. Tanya seorang pria membuyarkan lamunan Tora, membuat Saga dan Tora menoleh serempak kearah sumber suara. Tora menaikan satu alisnya memandang seorang pria berjaket hitam, terlihat aneh dengan sebuah kain yang menutupi hidungnya namun tidak mengurangi aura ketampanan yang ia miliki.

“perkenalkan, aku Reita. Anggota baru dalam kelompok kalian..”. reita tersenyum ramah, mengulurkan tangannya menjabat tangan Saga.

“hey, Ru..si Reita ini yang kau maksud?”. Bisik Saga.

“iya, siapa lagi?! Lumayan bukan?”.

“ooh, aku mengerti. Pantas kau ngomel-ngomel tak terima saat dia masuk ke dalam kelompokku. Ternyata kau tertarik padanya~”. Kata Saga sukses membuat Ruki mati kutu sampai mematikan hubungan komunikasi dengan Saga.

“akhirnya, aku bertemu denganmu…”. Kata Reita tersenyum penuh arti saat menyalami Tora. Tak menghiraukan percakapan kakak-adik yang bisa ia dengar dari alat komunikasinya.

Akhirnya? Memangnya dia sangat mendambakan bertemu denganku?. Batin Tora.

“oke, cukup acara perkenalannya. Langsung saja, Reita. Siapa target kita sebenarnya”. Kata Saga masih kesal dengan pertengkarannya dan Ruki.

“santai, senpai.. hari ini kita kenali target kita, besok baru kita urus target kita ini…”. Seringai mengerikan terlihat diwajah Reita.

“kalau begitu, mana target kita..?”. sahut Tora meneguk winenya.

“target kita…”.


~T.B.C~